Menggali Makna Hidup dari Kisah-Kisah Kematian Dalam Kitab Suci Perjanjian Lama
Katolik Terkini - Kematian adalah suatu keniscayaan yang akan dialami oleh setiap manusia. Setiap hari ada yang datang, ada yang pergi. Setiap saat, ada yang lahir, ada pula yang meninggal dunia. Dalam perjalanan hidup ini, kita menyadari bahwa orang-orang yang dekat dengan kita: orang tua, keluarga, sahabat, bahkan kenalan kita, akan pergi satu per satu meninggalkan kita.
Mereka adalah orang-orang yang kita sayangi, yang sedikit banyak membawa pengaruh penting dalam hidup kita. Tetapi sekuat apapun ikatan kita dengan mereka, pada akhirnya mereka tidak akan selalu berada di sisi kita.
Kehilangan orang-orang terkasih seringkali datang tanpa peringatan, dengan cara yang mengejutkan. Tak seorang pun yang tahu pasti kapan maut akan datang. Kematian adalah misteri yang tidak ditentukan oleh usia atau keadaan; yang muda bisa saja meninggal lebih dahulu dari yang tua, dan mereka yang hidup baik belum tentu memiliki usia yang lebih panjang dari mereka yang hidupnya tidak terarah. Meskipun kematian mungkin bisa tertunda, pada dasarnya ia sama sekali tidak bisa ditolak.
Pentingnya Persiapan Diri dalam Menghadapi Kematian
Lalu, seberapa siap kita menghadapi kematian? Kita tentu masih ingat betapa dekatnya kematian di masa pandemi yang baru saja berlalu. Kematian seperti mengepung kita dari segala penjuru; siap membawa pergi siapa saja yang jatuh ke dalam pelukannya.
Ketika keluar rumah, kita diliputi kecemasan; di mana pun, kematian seolah-olah menunggu di depan pintu dalam wujud wabah penyakit yang mematikan. Situasi ini mengingatkan kita akan rapuhnya hidup. Hari ini kita masih ada, namun esok bisa saja kita telah tiada.
Kematian memang menakutkan, tetapi kalau kita menghadapi kematian sebagai sahabat, kita dapat mengisi hidup dengan lebih bermakna. Kesadaran ini bisa menjadi pengingat kita untuk selalu mempersiapkan diri, menjadikan setiap hari sebagai kesempatan untuk menata hidup agar kelak kita bisa menyambut kematian dengan damai.
Pembelajaran dari Kisah-Kisah Kematian dalam Kitab Suci
Untuk mendalami makna kematian itu, Penerbit PT Kanisius menghadirkan sebuah buku berjudul "Kisah-Kisah Kematian dalam Perjanjian Lama" yang ditulis oleh Jarot Hadianto, staf dari Lembaga Biblika Indonesia (LBI). Buku ini membahas secara mendalam pandangan masyarakat Israel kuno tentang kematian, yang sangat berbeda dengan pandangan umat Kristen masa kini.
Melalui bahasa yang mudah dipahami, Jarot menceritakan bagaimana orang Israel pada masa Perjanjian Lama menyikapi kematian. Buku ini diharapkan dapat memperkaya pemahaman kita akan misteri kematian yang tidak akan pernah sepenuhnya terungkap.
Perbedaan pandangan antara masyarakat Israel kuno dan umat Kristen masa kini terlihat jelas. Jika umat Kristen percaya pada kebangkitan setelah kematian melalui penebusan oleh Yesus Kristus, masyarakat Israel kuno memandang kematian lebih sederhana, sebagai akhir dari kehidupan fisik. Namun, satu hal yang selalu sama adalah bahwa kematian selalu menghadirkan kesedihan, kehilangan, dan pertanyaan mendalam tentang makna hidup.
Israel kuno hanyalah kelompok kecil yang hidup di tengah bangsa-bangsa besar seperti Mesir, Asyur, Babel, Persia, Yunani, dan Romawi, yang memiliki pengaruh politik, budaya, dan sosial yang besar. Pandangan masyarakat Israel, termasuk tentang kematian, juga dipengaruhi oleh tradisi dan kebiasaan bangsa-bangsa sekitarnya. Misalnya, bahasa, adat istiadat, dan bahkan kepercayaan mereka sebagian besar dipengaruhi oleh bangsa-bangsa tetangga. Namun, meskipun ada persamaan, pandangan Israel tetap memiliki kekhasan tersendiri yang menjadi ciri khas mereka sebagai bangsa yang memiliki hubungan khusus dengan Tuhan.
Keberagaman Pandangan tentang Kematian dalam Perjanjian Lama
Buku ini juga menyoroti bahwa Perjanjian Lama merupakan kumpulan kitab yang mencakup berbagai zaman, konteks sosial, dan pengarang yang berbeda-beda. Oleh karena itu, tidaklah tepat jika kita berharap seluruh Perjanjian Lama memiliki pandangan yang sama tentang kematian. Dalam berbagai kisah, kita dapat menemukan pandangan yang senada hingga yang bertentangan.
Alih-alih menganggapnya sebagai ketidakselarasan, kita bisa menghargai keberagaman ini sebagai kekayaan yang memperluas pemahaman dan refleksi kita terhadap kematian. Banyak aspek kematian, termasuk situasi pasca-kematian, yang sebenarnya berada di luar jangkauan pemahaman manusia dan merupakan ranah iman, bukan ilmu pengetahuan.
"Kisah-Kisah Kematian dalam Perjanjian Lama" tidak berusaha mengungkap seluruh misteri kematian, karena kematian adalah misteri yang tak pernah terpecahkan. Buku ini hanya menyajikan kisah-kisah pergulatan tokoh-tokoh Israel dalam menyongsong akhir hidup mereka, yang relevan dengan pergulatan kita sebagai manusia.
Melalui kisah-kisah mereka, kita disadarkan bahwa meskipun kematian terasa menakutkan dan suram, kita tidaklah sendirian dalam menghadapi akhir kehidupan. Seperti para leluhur Israel yang berani berjalan menuju kematian, kita pun dapat menapaki jalan yang sama dengan berpasrah kepada Tuhan.
Pada akhirnya, buku ini mengajak kita untuk memandang kematian sebagai bagian dari perjalanan hidup yang wajar, sekaligus membekali kita dengan kekuatan dari kisah para tokoh tersebut untuk menghadapi kematian tanpa rasa takut.
Semoga kita dapat menjalani hidup dengan kesadaran bahwa pada akhirnya, setiap dari kita akan menempuh jalan yang sama. Mari kita mengisi hidup dengan penuhmakna, mengisi setiap waktu yang ada dengan kebaikan, dan menyambut akhir dengan penuh sukacita.(AD)
Ulasan yang bagus tentang kematian. Bagaimana cara mendapatkan buku bagus ini?
BalasHapus