Dikecam Perayaan Pembukaan Olimpiade Paris 2024, Ini Reaksi Paus Fransiskus dan Para Uskup
Katolik Terkini - Pada Jumat, 26 Juli 2024, dunia menyaksikan upacara pembukaan Olimpiade Paris yang penuh kontroversi.
Dari mantan Presiden AS Donald Trump yang menyebutnya sebagai "aib" hingga miliarder Elon Musk yang mengecam tindakan "sangat tidak menghormati umat Kristiani," berbagai tokoh terkemuka menyuarakan keberatan mereka terhadap penghinaan pada Perjamuan Terakhir dalam beberapa adegan di acara tersebut.
Keesokan harinya, Sabtu pagi, para uskup Prancis menyesalkan "adegan penghinaan dan ejekan terhadap Kekristenan," dengan menekankan bahwa umat Kristiani di seluruh dunia merasa "terluka oleh kebejatan dan provokasi dari beberapa adegan tersebut."
Di tengah kontroversi tersebut, seperti dilansir dari aleteia.org, Paus Fransiskus memberikan komentar setelah doa Angelus pada Minggu (28/7/2024). Dalam pernyataannya, Paus lebih memilih mengalihkan perhatian dari isu upacara pembukaan Olimpiade tersebut, dan fokus pada masalah global lainnya.
“Sementara banyak orang di dunia yang menderita akibat bencana dan kelaparan, kita terus memproduksi dan menjual senjata serta membakar sumber daya yang memicu peperangan, besar maupun kecil,” ujarnya.
Paus menyebut hal ini sebagai "aib yang tidak boleh ditoleransi oleh komunitas internasional," yang bertentangan dengan semangat persaudaraan Olimpiade.
Paus Fransiskus, yang hampir tidak pernah menonton televisi sejak memberikan janji kepada Maria, mungkin tidak menonton upacara tersebut secara langsung, meskipun ia tentu saja diberi tahu tentang peristiwa internasional yang terbaru .
Menurut sumber di Roma, Paus benci bertindak di bawah tekanan media. Namun, sebagai promotor besar olahraga, Paus mendukung nilai-nilai seperti persaudaraan, kerjasama, dan kegembiraan yang dapat dipromosikan melalui olahraga.
Tanggapan Uskup Prancis
Dalam menghadapi kontroversi ini, Uskup Emmanuel Gobilliard dari Digne, delegasi Gereja di Prancis untuk Olimpiade, menegaskan perannya sebagai juru bicara tidak resmi Gereja.
Dia mencatat bahwa "penghinaan anti-Kristiani mengecualikan orang-orang ketika pertunjukan seharusnya menyatukan mereka."
Uskup Gobilliard juga mendukung pernyataan yang dikeluarkan oleh para uskup Prancis yang mengungkapkan rasa sakit umat Katolik dan keinginan mereka untuk berkontribusi pada kesuksesan Olimpiade Paris.
Vatikan juga mendukung sikap ini melalui Uskup Agung Vincenzo Paglia, Presiden Akademi Kepausan untuk Kehidupan, yang memuji keberanian para uskup Prancis. Dukungan ini semakin diperkuat dengan segera diteruskannya pernyataan mereka oleh media Vatikan.
Kardinal Jean-Claude Hollerich, Uskup Agung Luksemburg, juga mengecam "pementasan yang tidak dapat diterima" tersebut. Dalam kunjungannya ke Roma sebagai bagian dari ziarah internasional para pelayan altar, ia menyatakan keprihatinannya dan meminta masyarakat Eropa untuk menghormati umat Kristiani.
Pandangan Paus Fransiskus terhadap Budaya Prancis
Sikap Paus Fransiskus terhadap budaya Prancis dapat dilihat dari beberapa pernyataannya. Dalam wawancara pada tahun 2016, Paus mengkritik Prancis karena "melebih-lebihkan sekularisme," dengan kecenderungan menganggap agama sebagai subkultur.
Ia juga menjauhkan diri dari "semangat Charlie" yang muncul setelah serangan teroris di Charlie Hebdo, menekankan bahwa kebebasan berekspresi tidak mengizinkan segalanya dan harus menghormati keyakinan orang lain.
Pernyataan Paus ini relevan dengan upacara pembukaan Olimpiade yang kontroversial tersebut. Meskipun juru bicara Panitia Penyelenggara Olimpiade awalnya menyatakan bahwa pertunjukan provokatif dimaksudkan untuk menghasilkan efek tertentu, mereka kemudian menyampaikan permintaan maaf kepada yang merasa tersinggung.
Diplomasi Olimpiade
Tahta Suci ingin menghindari polemik dengan dunia Olimpiade, mengingat hubungan erat yang telah terjalin. Pertemuan Paus Fransiskus dengan federasi olahraga meningkat dalam beberapa tahun terakhir, dan kunjungan Presiden Komite Olimpiade Internasional (IOC), Thomas Bach, ke Roma, membuka banyak kontak. Pada September 2022, Vatikan dan IOC bahkan menjadi tuan rumah bersama sebuah forum di Roma dengan tema "Olah Raga untuk Semua."
Partisipasi Presiden IOC dalam Misa pembukaan Olimpiade Paris juga menunjukkan upaya ini. Dukungan Paus terhadap Olimpiade, seperti yang ditunjukkan oleh pendahulunya, tetap kuat meskipun adanya kontroversi.
Paus Pius X mendukung Baron Pierre de Coubertin, inspirator gerakan Olimpiade, pada tahun 1903. Yohanes XXIII memberkati Olimpiade 1960 di Roma, dan Pius XII serta Yohanes Paulus II mengirimkan pesan kepada para atlet. Sejarah panjang hubungan antara paus dan Olimpiade ini tidak akan terganggu oleh satu pertunjukan yang tidak menyenangkan tersebut.(AD)
Posting Komentar