Rakernas IKDKI 2024: Inisiatif Baru untuk Mendukung Dosen dan Tendik Katolik
Katolik Terkini - Ketua Ikatan Dosen Katolik Indonesia (IKDKI), Prof. Dr. Ir Agustinus Purna Irawan, menyoroti berbagai tantangan yang dihadapi oleh dosen dan tenaga kependidikan Katolik di Indonesia dalam acara pembukaan Rapat Kerja Nasional (Rakernas) IKDKI 2024.
Acara tersebut berlangsung di Auditorium Kampus 1 Universitas Tarumanegara (UNTAR), Jakarta Barat, pada Sabtu (27/7/2024).
Prof. Agustinus mengungkapkan bahwa di beberapa sekolah non-Katolik, perhatian terhadap kualitas dan kesejahteraan dosen sangat minim.
"Coba lihat di sekolah-sekolah non-Katolik, dosennya seperti apa, siapa yang memikirkan? Nggak ada. Apakah kita juga bisa memikirkan ikatan dosen Katolik belum tentu juga. Memang kita punya kemampuan apa tapi paling tidak kita berhimpun untuk bisa saling menolong," ujarnya.
Dalam konteks sekolah tinggi Katolik, Prof. Agustinus mencontohkan Sekolah Tinggi Filsafat (STF) Pineleng yang telah beroperasi selama 70 tahun tetapi masih menghadapi tantangan akreditasi dan keterbatasan jumlah profesor.
"Prof. Purnomo, saya kemarin diundang ke STF Pineleng. Itu STF yang sudah 70 tahun, akreditasinya masih tetap seperti itu, profesornya juga itu-itu saja, padahal lurusannya hebat-hebat," ungkapnya.
Beliau juga menyoroti masalah yang dihadapi oleh STF Driyarkara terkait dengan program doktoral yang kekurangan profesor baru.
"Saya dikeluh kesah oleh STF Driyarkara, misalnya, punya program Doktor, profesornya sudah mau habis, tidak muncul Profesor baru. Itu nanti program doktor seperti apa," tambah Rektor Universitas Tarumanegara ini.
Prof. Agustinus menggarisbawahi pentingnya peningkatan kualitas dan jumlah dosen Katolik di perguruan tinggi negeri dan swasta.
"Sekarang di Perguruan Tinggi Negeri mungkin tidak mudah menjadi dosen Katolik. Siapa yang akan memulai, yang sudah jadi dosen Katolik di negeri mau jadi Profesor juga susah," jelasnya.
Beliau memberikan contoh kasus almarhum Prof. Hani Handoko dari Universitas Gadjah Mada (UGM) yang hingga akhir hayatnya belum mendapatkan gelar profesor.
Selain dosen, Prof. Agustinus juga menyoroti pentingnya peran tenaga kependidikan Katolik yang sering kali diabaikan.
"Dosen Katolik udah ada mulai ada IKDKI, sekarang Tendik Katolik, tenaga Kependidikan Katolik. Siapa yang memikirkan, nggak pernah diundang seminar juga oleh komdik mungkin. Saya nggak tahu yang diundangkan guru," ujarnya.
Dalam rapat internal IKDKI, diputuskan untuk memperluas keanggotaan dengan mengikutsertakan mahasiswa dan tenaga kependidikan.
"Kami kemarin putuskan juga di rapat internal akan ada anggota student member dari mahasiswa. Yang kedua member dari tenaga kependidikan. Kenapa ini perlu kalau mau mensupport suatu perguruan tinggi dan Prodi akreditasi dan seterusnya, salah satunya adalah tenaga kependidikan yang harus mumpuni," katanya.
Prof. Agustinus berharap IKDKI dapat menjadi rumah bersama bagi dosen, tenaga pendidikan, dan mahasiswa yang ingin berkarier sebagai dosen.
"Oleh karena itu, Romo Suster, Bruder, Bapa Ibu dan kita semua yang hadir ini, baik luring maupun daring, terima kasih support-nya kepada IKDKI. Mudah-mudahan IKDKI menjadi rumah bersama bagi dosen, bagi tenaga pendidikan dan bagi mahasiswa yang juga nanti suatu saat ingin berkarier sebagai dosen," ungkapnya.
Beliau juga menekankan pentingnya solusi kolektif untuk masalah-masalah yang dihadapi oleh perguruan tinggi Katolik.
"Kita bisa memberikan solusi apa. Itu menurut saya penting sekali kalau perguruan tinggi pada masalah pasti Prof. Thomas kalau keluar di swasta, pasti cari solusi dengan pemerintah tapi nanti yang lain-lain saya kira juga kita bisa membantu supaya ada solusi-solusi terhadap persoalannya kita ada," pungkasnya.(AD)
Posting Komentar