Puasa dan Tanggung Jawab Sosial: Meninggalkan "Harta" untuk Kebaikan Bersama
Katolik Terkini - Puasa dalam masa Prapaskah bagi orang katolik tidak hanya sekadar menahan untuk tidak makan melainkan sebuah kesempatan untuk melakukan refleksi agar kita bisa mengontrol diri kita agar kita tidak dikendalikan oleh segala sesuatu yang ada di luar diri kita.
Sebagaimana Yesus pergi ke padang gurun untuk berdoa, demikian pula kita diundang untuk pergi ke tempat sepi guna merenungkan hidup dan kondisi jiwa kita.
Santo Yohanes Paulus II, dalam pesannya untuk Masa Prapaskah (Puasa) pada tahun 1980, memberikan refleksi yang mendalam tentang arti yang sesungguhnya dari Masa Prapaskah (Puasa).
Paus Yohanes Paulus II menekankan bahwa Puasa adalah kesempatan untuk mengevaluasi "harta" dalam hidup kita. Semangat pertobatan dan praktik puasa mendorong kita untuk melepaskan diri dari kepemilikan yang tidak perlu, bahkan terkadang dari yang benar-benar diperlukan.
Hal ini bertujuan agar kita dapat benar-benar "menjadi" seperti yang diinginkan Allah: "Karena di mana harta kamu berada, di situ juga hatimu akan berada."
Santo Yohanes Paulus II mendorong kita untuk tidak hanya mengidentifikasi harta dunia yang kita pegang, tetapi juga untuk melepaskannya.
Dalam konteks ini, beliau mengajak kita untuk bersiap-siap melepaskan harta dunia itu dan membiarkan diri diperkaya oleh anugerah Kebangkitan.
Beliau menyadarkan kita bahwa barang-barang materi yang tidak kita butuhkan seringkali adalah kebutuhan mendasar bagi kelangsungan hidup jutaan manusia.
Lebih lanjut, Santo Yohanes Paulus II menyampaikan bahwa Puasa bukan hanya tentang melepaskan harta pribadi, tetapi juga tentang memberikan kepada orang lain.
Dia menantang kita untuk membuka mata dan hati kita terhadap kebutuhan sesama manusia, baik secara individu maupun sebagai bagian dari komunitas dimana kita berada.
Dengan melibatkan diri dalam pemisahan diri dan kasih sayang, kita dapat membersihkan hati kita. Puasa bukan hanya tentang menahan diri dari makanan atau kebiasaan tertentu, melainkan juga tentang memberikan harta kita kepada orang lain agar mereka dapat mencapai kesuksesan.
Saat kita memasuki Masa Puasa, mari kita merefleksikan apa yang perlu kita perjuangkan untuk memberikan makna bagi hidup kita dan berusaha untuk melepaskan segala sesuatu yang mungkin menjadi penghalang dalam hubungan kita dengan Allah.
Puasa bukan hanya tentang kekosongan fisik, tetapi juga tentang pemurnian hati dan pemberian kepada sesama manusia.(AD)
Posting Komentar