Pramuka Katolik Prancis dan Salib Canigou: Kisah Penuh Petualangan dan Keberanian dalam Perang Dunia II
Katolik Terkini - Delapan puluh tahun yang lalu, di antara 18 dan 28 Juli 1943, di tengah kegelapan pendudukan Nazi Jerman selama Perang Dunia II, sekelompok pramuka Katolik Prancis memulai sebuah perjalanan luar biasa.
Dipandu oleh pembimbing mereka, mereka membuat keputusan berani untuk mendirikan salib besi tempa di puncak Gunung Canigou, yang menjulang tinggi di Pegunungan Pyrenees Prancis. Ini bukan hanya petualangan fisik, tetapi juga suatu pernyataan iman dan kesetiaan terhadap negara mereka.
Melayani Negara dalam Perlawanan
Di tengah gejolak Perang Dunia II, pramuka Katolik dan pembimbing di Prancis merasa terpanggil untuk melayani negara mereka dengan cara yang luar biasa.
Banyak dari mereka, termasuk kelompok pramuka dari Perpignan di selatan Prancis, memutuskan untuk bergabung dalam Perlawanan dengan tekad tinggi. Dipimpin oleh pembimbing Jo Tasias, kelompok ini mengambil inisiatif unik untuk memberikan harapan dan doa bagi Prancis yang diduduki.
Mendirikan Salib di Puncak Gunung Canigou
Pada awal tahun 1943, kelompok pramuka ini memutuskan untuk melakukan perjalanan yang mengubah hidup mereka: mendirikan salib di puncak Gunung Canigou.
Sebuah ide gila yang muncul sebagai wujud dari ziarah berdoa bagi negara mereka dan untuk membawa harapan bagi tawanan perang. Dalam upaya ini, mereka tidak hanya membangun sebuah salib, tetapi juga membawa salib seberat 112 kg melalui perjalanan yang penuh rintangan.
Pramuka dan pembimbing mereka melakukan perjalanan lebih dari 6.000 kaki, sebagian tanpa alas kaki, dari kota Prades ke tempat perlindungan Cortalets yang lebih dekat dengan puncak.
Dengan peralatan yang dibutuhkan diangkut menggunakan gerobak tangan, mereka berhasil menyelesaikan pembangunan dasar dan mendirikan salib pada 26 Juli 1943. Momen tersebut diwarnai dengan berkat dan perayaan misa di puncak gunung yang dingin.
Jo Tasias mencatat dalam catatannya, "Ah ya, betapa indah dan menyentuh hati!" sebuah gambaran yang mencerminkan keindahan spiritual dari pengorbanan mereka.
Mengatasi Rintangan dan Kembali Berkarya
Kisah petualangan ini tidak berakhir begitu saja. Tanpa izin resmi, pramuka membangun salib terlalu dekat dengan titik geodetik, yang menyebabkan salib dihancurkan pada tahun 1960.
Meskipun menghadapi rintangan, pramuka tidak menyerah. Mereka mengumpulkan potongan-potongan salib lama yang dibuang, memperbaiki salib asli, dan bahkan membuat salib yang lebih besar.
Dengan langkah-langkah pencegahan yang lebih bijaksana, termasuk meminta konsesi tanah, mereka berhasil mendirikan salib baru pada 30 Juli 1961.
Upacara peresmiannya lebih besar daripada sebelumnya, menandai keberhasilan dan keuletan pramuka dalam mempertahankan warisan spiritual mereka.
Warisan Salib Canigou
Salib Canigou tetap berdiri sebagai simbol keberanian, ketekunan, dan iman. Cerita ini mengajarkan kita tentang pentingnya mempertahankan nilai-nilai kita bahkan di tengah kesulitan terbesar.
Salib ini juga mengingatkan kita akan kekuatan doa dan harapan dalam menghadapi masa sulit.
Delapan puluh tahun setelah peristiwa tersebut, kisah petualangan pramuka Katolik Prancis di Gunung Canigou tetap menginspirasi dan menyentuh hati, menyisakan jejak-jejak perjuangan dan keberanian yang tak terlupakan dalam sejarah mereka.
Posting Komentar