Paradoks Para Nabi Perjanjian Lama: Antara Melihat dan Percaya
Katolik Terkini - Ada paradoks menarik dalam peran para nabi Perjanjian Lama. Mereka, sebagai penyalur janji-janji Allah, telah melihat dan mengabarkan tentang rencana-Nya, tetapi pada saat yang sama, mereka adalah jiwa-jiwa beriman yang tidak melihat secara langsung, namun tetap percaya sepenuh hati pada Kuasa Allah.
Meskipun memiliki petunjuk mengenai kedatangan Anak-Nya, yang mereka nubuatkan, mereka tidak dapat menyaksikan Anak Allah yang terwujud dalam palungan di Bethlehem. Kepenuhan wahyu dalam pribadi Yesus Kristus masih terletak di masa depan.
Clive Staples Lewis, teolog awam kelahiran Britania Raya, dengan indahnya, mengaitkan orang-orang pagan sebelum Kristen dengan gadis-gadis yang menantikan kedatangan Pengantin. Meskipun para nabi adalah orang Yahudi, bukan pagan, mereka juga menantikan kedatangan Pengantin yang sama, yang membawa keselamatan bagi semua, baik Yahudi maupun non-Yahudi.
Perspektif ini memberikan wawasan yang lebih dalam tentang peran Elia dan Elisa, terutama dalam Kitab Raja-Raja 1 dan 2. Mereka memberikan kesaksian untuk Allah di masa yang gelap, di bawah pemerintahan yang jahat seperti Ahab dan Ahazia.
Di tengah korupsi dan penyembahan berhala yang merajalela, Elia dan Elisa menunjukkan iman dan keberanian yang luar biasa untuk melawan budaya kematian dengan budaya kehidupan.
Keberanian mereka tidak hanya berasal dari iman kepada Allah, tetapi juga dari kasih dan persahabatan yang mereka miliki satu sama lain. Setelah memberikan kesaksian melalui nubuat dan mukjizat, Elia dan Elisa dipisahkan, tetapi warisan mereka terus hidup.
Elia, dengan kata-katanya "seperti perapian yang menyala" dan perbuatannya yang "ajaib," diakui oleh Yesus sebagai saksi yang sama dengan Santo Yohanes Pembaptis. Keduanya membuka jalan bagi kedatangan Kristus.
Yesus menghubungkan Elia dengan Santo Yohanes Pembaptis setelah turun dari Gunung Tabor, di mana para murid menyaksikan penampakan Elia dan Musa di hadapan-Nya yang Terang.
Hidup Elia, penuh harapan dan perjalanan menuju palungan, mencerminkan kerinduan untuk melihat wajah Allah yang hidup, sesuai dengan doa, "Tuhan, buatlah kami berbalik kepada-Mu; biarkan kami melihat wajah-Mu, maka kami akan diselamatkan."
Posting Komentar