Berita
Lifestyle
Sosok
Teologi
Kekuatan Ketaatan Rendah Hati: Tiga Orang Kudus yang Membuktikan Kuasa Tuhan
Katolik Terkini - Dalam iman Katolik, terdapat paradoks yang penuh makna: orang yang dianiaya mendapatkan berkat, penderitaan membawa kemuliaan, dan kerendahan hati lebih kuat daripada kebanggaan.
Meskipun paradoks ini mungkin tampak aneh di mata dunia, umat Kristen tahu bahwa kuasa Tuhan melebihi pemahaman manusia.
Allah memberikan banyak janji kepada kita melalui Alkitab, dan melalui kehidupan para Kudus-Nya, Dia membuktikan bahwa rencana-Nya jauh lebih besar daripada rencana kita.
Di bawah ini berdasarkan ulasan Church POP, Katolik Terkini akan membagikan kisah tiga orang kudus yang memiliki ketaatan dan rendah hati kepada Gereja dan mengungkapkan kuasa Tuhan.
Santo Paulus: Sebuah Teladan Ketaatan
Kisah Santo Paulus dimulai di Kitab Kisah Para Rasul 21. Saat tiba di Yerusalem, ia menghadapi situasi yang membutuhkan ketaatan luar biasa.
Santo Yakobus Agung khawatir bahwa pemberitaan Paulus akan menjadi masalah bagi orang-orang Yahudi yang menganut kepercayaan bahwa orang percaya harus mengikuti hukum Yahudi. Meskipun mengetahui konsekuensi yang mungkin sangat berbahaya, Paulus tunduk pada permintaan Santo Yakobus dan pergi ke Bait Suci.
Ketaatan rendah hati Paulus di tengah penderitaan mengungkapkan tingkat ketaatan yang diharapkan dari umat Katolik. Meskipun dia tahu akan menghadapi penindasan dan bahaya di Yerusalem, Paulus selalu tunduk pada otoritas Gereja.
Tindakan ini tidak hanya mengungkapkan ketaatan yang rendah hati, tetapi juga sejalan dengan rencana Allah. Meskipun Paulus ditangkap oleh pasukan Romawi setelah kerumunan di Bait Suci, dia menulis surat-surat yang membantu meneguhkan ajaran Katolik, memengaruhi banyak umat Kristen, dan memainkan peran penting dalam menjadikan Gereja-Nya kuat.
Santo Padre Pio: Ketaatan dalam Penderitaan
Padre Pio adalah salah satu orang kudus yang paling terkenal pada abad ke-20. Dia dikenal karena mukjizat-mukjizat yang terdokumentasi dengan baik yang menantang pandangan sekuler saat itu.
Namun, pada masa hidupnya, para pemimpin Gereja bersikap skeptis dan bahkan bermusuhan terhadapnya. Padre Pio menghadapi pembatasan dan penindasan yang keras, termasuk dilarang menjawab surat dari publik, membicarakan stigmata-nya, dan banyak larangan lainnya.
Meskipun pengalaman penderitaan yang luar biasa ini, Padre Pio tetap tunduk pada aturan gereja dan tidak pernah memberontak. Dia melihat segala hal sebagai bagian dari rencana Tuhan dan mempercayakan dirinya sepenuhnya kepada-Nya.
Akhirnya, Vatikan menyadari kesalahannya dan mengangkat semua pembatasan atas Padre Pio tanpa perlu melalui perlawanan retoris. Ketaatan dan kesabaran Padre Pio memenangkan hati orang banyak.
Venerable Fulton Sheen: Menyikapi Penganiayaan dengan Ketaatan
Fulton Sheen, yang belum resmi dinyatakan sebagai santo, memiliki kisah yang luar biasa. Dia terkenal atas program TV-nya, "Life is Worth Living," dan usahanya dalam membantu orang miskin melalui Society for the Propagation of Faith (SPF). Namun, ia terlibat dalam konflik berkepanjangan dengan atasannya, Kardinal Spellman, yang memicu penganiayaan dan pembatasan terhadapnya.
Meskipun dipecat dari acara TV-nya, dikeluarkan dari SPF, dan diutus untuk memimpin Keuskupan Rochester yang sulit, Sheen tetap tunduk pada keputusan gereja dan tidak pernah memberontak.
Dia melihat setiap ujian sebagai bentuk pemurnian yang membawanya lebih dekat kepada Allah. Ketaatan, pengorbanan, dan doanya menghasilkan lebih banyak daripada tindakan cacat atau pemerasan.
Dalam hidup mereka, Santo Paulus, Santo Padre Pio, dan Venerable Fulton Sheen mengajarkan kepada kita tentang kekuatan ketaatan rendah hati, pengorbanan, dan doa.
Mereka adalah contoh nyata bahwa melalui ketaatan kepada Allah dan kesabaran dalam menghadapi penderitaan, seseorang dapat mencapai lebih banyak daripada dengan cara lain. Ketaatan rendah hati adalah kunci untuk memahami kuasa Tuhan dalam hidup kita.
Via
Berita
Posting Komentar