Belajar dari Lillian Fallon: Menemukan Identitas Sejati melalui Cara Berpakaian
Katolik Terkini - Dalam dunia modern yang serba materialistik, pertanyaan tentang bagaimana kita menggabungkan penghayatan iman dan penampilan sering kali muncul. Bagaimana kita dapat menyatukan eksplorasi identitas kita sebagai anak-anak Tuhan dengan penampilan yang mencerminkan keunikan kita?
Lillian Fallon, seorang penulis Katolik yang bersemangat membantu wanita mengekspresikan diri mereka melalui cera berpakian, memiliki jawabannya.
Lillian menceritakan pengalaman iman dan eksplorasi dirinya dalam dunia model. Saat berusia 17 tahun, dia berhadapan dengan pertanyaan tentang apakah hasratnya untuk mengekspresikan diri melalui benda-benda material membuatnya menjadi pribadi yang materialistik.
Dia memutuskan untuk mendaftar di Ave Maria University di Florida untuk mendalami pemahaman tentang iman Katoliknya. Keputusan ini akhirnya menjadi penentu bagi perjalanan hidupnya, karena dia menemukan kelas yang mengubah hidupnya.
Kelas tersebut, yang disebut "Theology of The Body," didasarkan pada ajaran St. Yohanes Paulus II dan diajarkan oleh Dr. Michael Waldstein, seorang ahli dalam bidang tersebut.
Dalam kelas ini, Lillian belajar tentang hubungan tak terpisahkan antara tubuh dan jiwa manusia. Dr. Waldstein menjelaskan bahwa tubuh kita adalah alat untuk mengungkapkan jiwa kita. Tubuh kita bukan hanya wadah fisik, tetapi juga ekspresi jiwa yang unik.
Lillian menyadari bahwa jika tubuh kita mengungkapkan jiwa, maka cara kita berpakaian juga harus penting. Bagi Lillian, salah satu kalimat dalam Theology of The Body yang sangat menarik adalah "Tubuh, sebenarnya, mampu membuat yang tidak terlihat menjadi terlihat: yang bersifat rohani dan ilahi."
Kalimat ini membawa Lillian pada pemikiran bahwa pakaian yang kita kenakan dapat menjadi alat untuk mengungkapkan keindahan jiwa kita.
Dengan tekad untuk lebih menjelajahi pentingnya cara berpakian dan ekspresi manusia, Lillian kembali ke dunia model dan akhirnya menjadi Editor di Majalah Verily di New York City.
Dia mulai melihat hubungan antara cara berpakaian dan Teologi Tubuh. Semakin dia berpakaian untuk mengekspresikan kesatuan tubuh dan jiwa melalui penghormatan terhadap tubuhnya, semakin dia memahami siapa dia di mata Tuhan.
Lillian bahkan memutuskan untuk menulis buku yang menjelaskan bagaimana gaya berhubungan dengan Teologi Tubuh St. Yohanes Paulus II. Buku tersebut, berjudul "Theology of Style: Expressing the Unique and Unrepeatable You," menggali hubungan antara keimanan, identitas, dan cara berpakaian.
Lillian berpendapat bahwa cara berpakaian adalah alat yang dapat membantu kita memahami betapa dalamnya kita diinginkan dan dicintai oleh Tuhan.
Dalam dunia yang seringkali terpaku pada penampilan fisik, Lillian Fallon menginspirasi kita untuk memandang cara berpakaian sebagai sarana untuk menghormati dan merayakan penciptaan Allah, sekaligus mengekspresikan identitas unik kita sebagai anak-anak Tuhan.
Ia meyakinkan kita bahwa identitas kita tidak hanya ditemukan dalam penampilan kita, tetapi dalam cara kita mencerminkan cara Tuhan menciptakan kita.
Melalui karyanya, Lillian ingin mengajak kita semua untuk merayakan keindahan yang tidak terlihat dalam diri kita, sambil tetap menghormati dan mengekspresikan keindahan yang terlihat melalui penampilan kita. Gaya bukan hanya tentang pakaian, tetapi tentang bagaimana kita merayakan hubungan tak terpisahkan antara tubuh dan jiwa kita, sekaligus mengundang orang lain untuk melihat hal yang sama dalam diri mereka sendiri.
Anda dapat mengikuti akun Instagramnya @lillian_fallon.
Posting Komentar