Para Fransiskan Kembali Rayakan Jalan Salib di Via Dolorosa dalam Upaya Perdamaian Israel-Palestina
Katolik Terkini - Memasuki minggu ketiga konflik Israel-Hamas, Gereja Katolik di Yerusalem terus mendoakan perdamaian.
di lansir dari Catholic News Agency (CNA), pada Jumat, 27 Oktober, dalam konteks hari doa, puasa, dan pertobatan untuk perdamaian yang diundang oleh Paus Fransiskus, para biarawan Fransiskan kembali merayakan Jalan Salib di Via Dolorosa setelah dua minggu diadakan di gereja karena alasan keamanan.
Prosesi tersebut adalah satu-satunya tanda kehidupan di Yerusalem yang sepi dari wisatawan dan peziarah dan diawasi oleh pasukan keamanan.
Acara ini mempersatukan orang-orang dalam Gereja setempat untuk bersuara satu — bersatu mendukung perdamaian, meskipun ada sensitivitas yang beragam dalam komunitas Kristen setempat.
Kardinal Pierbattista Pizzaballa, patriark Latin Yerusalem juga hadir dalam prosesi tersebut. Beberapa hari sebelumnya, dia menulis surat kepada diosisnya, mendorong setiap orang Kristen memiliki "keberanian kasih dan perdamaian" meskipun "kejahatan yang melanda dunia."
"Kami ingin menjadi pemenang atas dunia," tulis Patriark, "mengambil atas diri kami salib yang sama, yang juga milik kami, yang terbuat dari penderitaan dan cinta, kebenaran dan ketakutan, ketidakadilan dan pemberian, tangisan dan pengampunan."
Di tengah latar belakang konstan dentuman pesawat tempur dan panas teriknya matahari, umat Kristen Yerusalem berjalan bersama di Via Dolorosa, menelusuri jalur perdamaian.
Pada Jumat malam, para Fransiskan berkumpul untuk berdoa di Gereja Santo Penyelamat di Yerusalem di depan gambar "Ecce Homo" oleh Arcabas, yang ditempatkan di depan altar.
Peserta membaca ayat-ayat Alkitab, menyanyikan himne, dan berdoa dengan kata-kata yang ditulis Paus Yohanes Paulus II untuk Hari Perdamaian Dunia pada tahun 2002 beberapa bulan setelah serangan 9/11.
"Tidak ada perdamaian tanpa keadilan, tidak ada keadilan tanpa pengampunan."
Salah satu momen yang paling menyentuh perasaan adalah ketika setiap orang yang hadir meletakkan butir-buti dupa ke dalam tempayan agar bau doa naik ke langit alih-alih asap dari roket dan bom yang terus menggempur Tanah Suci.
"Pengampunan adalah yang mengidentifikasi kita sebagai orang Kristen. Yohanes Paulus II mengingatkan kita bahwa penting untuk berbicara tentang pengampunan bahkan dalam konteks yang dikuasai oleh perasaan balas dendam dan kebencian. Mari kita memohon kepada Tuhan untuk membuka hati kita untuk pengampunan, rekonsiliasi, dan perdamaian, dan bahwa, melalui doa-doa kita, biji ini juga dapat tertanam di hati mereka yang tinggal di negeri ini, mereka yang memiliki kekuatan untuk membuat keputusan yang memengaruhi kehidupan orang lain, dan di hati seluruh dunia," ungkap Pater Francesco Patton, Kustos Tanah Suci diakhir upacara tersebut.
Posting Komentar