Biarawati Karmelit di Yerusalem Timur Menolak Tawaran Evakuasi di Tengah Serangan Hamas
Biarawati Karmelit yang berada di Bukti Zaitun menolak meninggalkan tempat tersebut di tengah serangan Hamas |
Katolik Terkini - Di tengah ketegangan yang terjadi di Tanah Suci setelah serangan mematikan Hamas terhadap Israel pada 7 Oktober, Biara Pater Noster di Yerusalem, tempat tinggal Biarawati Karmelit, menolak tawaran untuk meninggalkan wilayah tersebut.
Biara yang terletak di situs Bukit Zaitun, tempat diyakini Yesus mengajar Para Rasul doa Bapa Kami, telah merayakan ulang tahunnya yang ke-150 pada hari Minggu ini.
Dalam surat yang diterbitkan di AsiaNews, biarawati tersebut menyatakan bahwa perang ini telah mengubah kehidupan sehari-hari mereka, tetapi, mereka mendapatkan pelajaran penting mengenai perdamaian.
"Temuan kami adalah bahwa tembok dan pembatas tidak berguna dalam jangka panjang. Hanya keadilan dan saling menghormati yang dapat membawa perdamaian, meskipun sulit [untuk dicapai] tetapi abadi," ungkap surat tersebut.
Biara ini berada di Yerusalem Timur Arab, bagian yang tetap menjadi "disengketakan, diduduki, dan direbut" dari Yerusalem Timur.
Biarawati tersebut menggambarkan momen dramatis saat mereka mengetahui serangan Hamas, yang memakan ratusan orang tewas dan 199 orang dari Israel diculik, selama doa pagi.
"Kami mendengar suara meledak, penghancuran roket oleh Iron Dome; kami menyadari bahwa itu adalah serangan. Kejutan total. Ini serius dan mengherankan kami: serangan terhadap Yerusalem!"
Operasi Banjir Al-Aqsa dimulai dengan hujan roket yang mencapai sejauh Tel Aviv. Meskipun tidak ada yang mencapai Yerusalem, ketegangan tetap tinggi.
Para biarawati menyatakan bahwa "Yerusalem seperti berhenti, seperti pada Sabat: toko-toko tutup, sekolah tutup, wisatawan dan peziarah pergi."
Biarawati mencatat bahwa meskipun terisolir, serangan terus berlanjut, termasuk serangan terhadap orang Yahudi biasa dan lemparan batu oleh pemuda Palestina. Di tengah situasi sulit ini, mereka menjalani hari-hari dalam keheningan, berdoa, dan menunggu.
Biarawati Karmelit tidak hanya merasakan belas kasihan terhadap warga Israel yang terkena dampak serangan Hamas, tetapi juga terhadap penduduk Jalur Gaza yang mengalami serangan intensif, blokade, dan eksodus massal.
Dalam surat tersebut, biarawati menyampaikan bahwa meskipun Kedutaan menawarkan untuk mengrepatriasi mereka, mereka memilih untuk tetap tinggal dan berdoa untuk perdamaian dan keadilan di Tanah Suci.
Meskipun berada dalam kondisi siaga, Biara Karmelit di Betlehem, Nazaret, dan Haifa juga bersatu melawan ancaman, tidak hanya dari Jalur Gaza tetapi juga dari selatan Lebanon.
"Kami hidup bersama dengan umat kami di Tanah Suci, dalam keadaan baik maupun buruk. Dengan cara kami yang kecil, kami berdoa untuk perdamaian dan keadilan, hari ini dan esok," tutup surat tersebut.
Posting Komentar