Paus Fransiskus Memimpin Dialog Antaragama di Mongolia: Pentingnya Keterbukaan dan Saling Memahami
Katolik Terkini -
Paus Fransiskus mengadakan pertemuan penting dengan para umat Buddha Mongolia,
Shaman, Shinto, dan perwakilan agama lainnya di Teater Hun, Ulaanbaatar,
Mongolia pada Minggu (3/9/2023).
Dalam pidatonya seperti
dilansir dari Catholic News Agnecy (CNA), Paus Fransiskus menekankan pentingnya
dialog antaragama sebagai sarana untuk saling memahami dan menciptakan
kedamaian.
Dialog Antaragama untuk Saling Memahami
Paus Fransiskus dalam
pidatonya menekankan bahwa dialog antaragama tidak bertentangan dengan
keyakinan masing-masing tradisi agama, tetapi justru membantu tradisi-tradisi
ini untuk saling memahami.
Dengan kerendahan hati,
Gereja Katolik menawarkan harta yang dimilikinya kepada setiap orang dan
budaya, dengan semangat keterbukaan dan hormat terhadap tradisi agama lain.
Paus Fransiskus menyatakan bahwa tradisi agama, meskipun unik dan beragam,
memiliki potensi besar untuk memberikan kebaikan bagi masyarakat secara
keseluruhan.
Mongolia dan Keberagaman
Sebagian besar penduduk
Mongolia mengidentifikasi diri mereka sebagai penganut Buddha, dengan sekitar
90% dari populasi yang mengikuti agama Buddha. Mongolia juga dikenal sebagai
tempat tinggal seorang anak yang dianggap sebagai reinkarnasi ke-10 Buddha,
sebuah penemuan yang diumumkan oleh Dalai Lama pada tahun 2016.
Namun, lanskap agama
Mongolia mengalami perubahan dramatis akibat pemerintahan Komunis pada abad
ke-20. Banyak biara Buddha dihancurkan, biksu Buddha dibunuh, dan sebagian
besar populasi menjadi ateis. Meskipun beberapa tahun terakhir mengalami
kebangkitan agama yang moderat, sekitar 40% populasi Mongolia tetap tidak
memiliki agama atau bersifat ateis.
Selain Buddha, Islam dan
Shamanisme juga merupakan sebagian kecil dari populasi Mongolia, mencapai
sekitar 5% pada sensus tahun 2020. Praktik shamanisme Mongolia melibatkan para
shaman yang memasuki trans, berkomunikasi dengan makhluk spiritual, dan
terkadang melakukan pengorbanan hewan dalam ritual. Beberapa umat Buddha di
Mongolia juga mengadopsi praktik shamanistik.
Pesan Paus Fransiskus
Paus Fransiskus mengutip
ajaran dari berbagai agama dalam pidatonya, termasuk Dhammapada, teks Buddha
yang paling banyak dibaca, serta kata-kata bijak dari Buddha lainnya. Ia juga
merujuk kepada ajaran Mahatma Gandhi tentang "kemurnian hati" dan
pemikiran filsuf eksistensialis Lutheran Soren Kierkegaard tentang harapan.
Paus Fransiskus juga
mengingatkan para hadirin tentang penganiayaan yang dialami oleh umat Kristen
di Mongolia pada abad ke-20, termasuk pembunuhan seorang Ortodoks oleh Jenderal
Rusia Baron Ungern von Sternberg pada tahun 1921.
Mengakhiri pertemuan dialog
antaragama tersebut, Paus Fransiskus menegaskan bahwa Gereja Katolik ingin
terus mendorong dialog ekumenis, antaragama, dan budaya sebagai bagian dari
komitmen mereka untuk mempromosikan perdamaian dan pemahaman di seluruh dunia.
Peningkatan Gereja Katolik di Mongolia
Meskipun umat Katolik hanya
berjumlah sekitar 1% dari populasi Mongolia, Gereja Katolik telah mengalami
pertumbuhan yang signifikan dengan 35 pembaptisan dalam setahun terakhir. Hal ini
mencerminkan semangat dan dorongan untuk agama-agama yang beragam di negara
ini.
Setelah dialog antaragama,
Paus Fransiskus melanjutkan perjalanannya dengan memimpin Misa Minggu sore di
Arena Steppe Mongolia sebelum melakukan perjalanan pulang ke Roma pada hari
Senin.
Kesimpulan
Kunjungan Paus Fransiskus ke
Mongolia dan pertemuannya dengan berbagai pemimpin agama merupakan langkah
penting dalam mempromosikan dialog antaragama dan perdamaian di tengah
keragaman agama di Mongolia.
Paus Fransiskus menekankan
pentingnya saling memahami dan menjaga tradisi agama, sambil mengingatkan
tentang penganiayaan yang pernah dialami oleh umat agama di negara tersebut.
Dengan semangat kerendahan
hati dan pelayanan, Paus Fransiskus mendorong agar semua tradisi agama dapat memberikan
kontribusi positif bagi masyarakat secara keseluruhan.
Posting Komentar