Haiti Terus Dilanda Kekerasan Geng, Para Uskup Minta Bantuan
Foto dari Vatican News |
Katolik Terkini - Sebagai salah satu negara termiskin di dunia, Haiti telah merasakan dampak kekerasan kriminal yang meluas selama bertahun-tahun.
Ditambah dengan bencana alam dan kebuntuan politik, situasi semakin parah setelah pembunuhan Presiden Jovenel Moïse pada Juli 2021.
Sejak pembunuhan Presiden Moïse, geng bersenjata, seperti dilaporkan Vatican News, semakin kuat dan diperkirakan mereka mengendalikan hingga 80% ibu kota, Port-au-Prince.
Kekerasan yang terjadi melibatkan pembunuhan, perang wilayah, pemerasan, dan penculikan yang menargetkan imam, tokoh agama, dan warga sipil setiap hari.
Menurut statistik PBB, kekerasan terkait geng di Haiti telah merenggut lebih dari 2.500 nyawa dan melukai lebih dari 1.000 orang tahun ini. Hampir 1.000 warga Haiti juga telah diculik.
Geng-geng ini juga terlibat dalam kekerasan seksual yang mengerikan, termasuk pemerkosaan kolektif dan mutilasi.
Gelombang kekerasan terbaru telah memaksa lebih dari 10.000 orang mencari perlindungan di perkemahan sementara. Warga yang frustasi dengan kekurangan keamanan dan ketidakmampuan pemerintah telah membentuk "kelompok pertahanan diri" yang telah membunuh lebih dari 350 anggota geng yang dicurigai sejak pemberontakan dimulai.
Baca juga:
- Inisiatif Inklusif: Vatikan Dukung Olahraga sebagai Sarana Persatuan Dunia
- Keramahan dan Kasih Sayang: Pesan Paus Fransiskus untuk Oblates Benediktin
- Paus Fransiskus Memperingati St. Andrew Kim Taegon dan Menyerukan Semangat Muda dalam Menyebarkan Injil
- Uskup Hanna Jallouf Ditahbiskan Jadi Uskup di Tengah Konflik Suriah
Para uskup Gereja Katolik Haiti telah mengeluarkan pernyataan tegas, mengecam tindakan kekerasan dan ketidakpedulian pemimpin politik dan komunitas internasional. Mereka mengajak seluruh umat dan lembaga-lembaga gerejawi untuk berdoa dan bersolidaritas.
Para uskup juga mendukung upaya menuju solusi damai dan menegaskan bahwa "genosida ini harus dihentikan."
Pada Oktober 2022, pemerintah Haiti meminta penempatan kekuatan bersenjata asing untuk mengatasi kekerasan geng. Hingga saat ini, hanya Kenya yang telah menawarkan untuk memimpin pasukan multinasional dengan dukungan PBB dan AS.
Delegasi pejabat Kenya juga telah melakukan misi rekonaisans di Haiti pada bulan Agustus.
Situasi krisis di Haiti menuntut tindakan segera untuk mengakhiri kekerasan mengerikan yang telah melanda negara ini selama bertahun-tahun. Para uskup Katolik Haiti meminta dukungan dan doa dari seluruh dunia untuk mengakhiri "genosida" ini dan memulihkan perdamaian di negara ini.
Posting Komentar